Benjamin Firdhaus, Mahasiswa Peduli Pendidikan Anak – Anak di Perbatasan



Benjamin Firdhaus dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sanggau  Willibrordus Welly, S.Sos

Gameseducationary – Wajah pendidikan nasional sedikit demi sedikit mulai menunjukkan perubahan yang signifikan walau belum terlalu jelas terlihat. Semua itu tidak terlepas dari program – program terobosan yang dilakukan pemerintah yang memang difokuskan untuk peningkatan kualitas pendidikan yang merata di tiap – tiap daerah hingga ke pelosok. Mulai dari pendistribusian KIP (Kartu Indonesia Pintar) sampai yang baru – baru ini penerapan program FullDay School yang mulai diimplemetasikan di tiap – tiap daerah seluruh Indonesia. Hal ini pun belum mencangkup semua wilayah di seluruh Indonesia terutama di wilayah – wilayah perbatasan.
Program yang konstruktif ini tentunya tidak akan bisa berjalan dan memperlihatkan hasil yang cepat dan kongkrit jika tidak ada elemen masyarakat yang bergerak untuk memberikan dukungan secara komprehensif yang sejalan dengan pandangan searah pemerintah.



Hal inilah yang membuat Benjamin Firdhaus yang akrab di sapa Ben seorang Mahasiswa semester akhir jurusan Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur ini berinisiatif untuk mengambil peran dalam memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan penyerataan pendidikan disetiap daerah yang kurang terjamah peran pemerintah. Bersamaan dengan menyelesaikan tugas akhir, Ben memilih Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat sebagai objek penelitian sekaligus menyukseskan Program SDGs (Sustainable Development Goals) yang di inisiasikan oleh PBB. “Well, setelah bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sanggau (Bp. Willy) dan perwakilan Kec. Entikong akhirnya saya diizinkan dan direstui untuk melihat kondisi sebenarnya sekolah - sekolah yang ada di perbatasan. Sebagai bentuk dukungan saya terhadap program PBB (SDGs) khususnya dibidang pendidikan, saya pun akan berangkat menuju sekolah di pedalaman Suruh Tembawang.” Tutur Ben dalam akun media sosialnya di facebook.


Perjalanan yang memakan waktu tiga hingga empat jam perjalanan serta tidak mendukungnya akses menuju salah satu sekolah di dusun tersebut tidak menyurutkan niat pemuda yang selalu menebar senyum dan optimisme ini untuk dapat segera tiba di SDN 05 Suruh Tembawang yang merupakan destinasi pilihan Ben untuk mendokumentasikan karyanya dalam berkontribusi mengembangkan Sekolah – Sekolah yang tidak tersentuh program pemerintah.

Kondisi perjalanan dari Entikong ke SDN 05 Suruh Tembawang

Sesampainya di sana Ben benar-benar merasa prihatin melihat kondisi sekolah SDN 05. Sekolah di perbatasan ini sangat jauh dikatakan layak. Sekolah SDN 05 Suruh Tembawang menjadi representasi buruknya kualitas pendidikan di dusun ini. Masyarakat setempat dan komite sekolah sangat mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah yang tak kunjung meninjau kondisi sekolah. Keadaan guru-gurunya bisa dibilang hidup dengan penuh kesederhanaan. Jauh dari kesan mewah, bahkan sulit jika membandingkan keadaan dengan guru-guru yang berada di perkotaan. Karena ketimpangan bagi kesejahteraan para guru sangat jelas terlihat.

Ben dengan Para Guru SDN 05 Tembawang

Selain itu dengan jumlah tenaga guru 8 orang, mereka bahu membahu mengajar murid-murid dengan penuh keikhlasan. Ada hal menarik ketika tahu bahwa kelas 1-3 dengan 4-6 yang dibuat terpisah. Kelas-kelas tersebut dipisahkan oleh jarak yang kurang lebih 1-2 km dengan kondisi jalan yang sangat buruk. Kelas-kelas yang ada pun sangat gelap, kotor, lembab, dan sangat tidak nyaman untuk dipakai kegiatan belajar mengajar. Jika melihat fasilitas penunjang di sana, infrastruktur jalan yang sangat sangat buruk. Jalanan pun masih tanah merah dan kuning. Jalanan ini akan semakin sulit dilalui apabila sedang menghadapi musim penghujan.

Kondisi jalan yang sering di lalui oleh murid SDN 05 Suruh Tembawang
Pilihan kendaraan pun hanya bisa bisa dilalui sampan dan motor yang harganya mencapai Rp. 100-300rb per orang  sekali jalan dari lokasi Kecamatan Entikong. Sinyal pun sudah tak bisa dijangkau oleh masyarakat Suruh Tembawang.

Setelah bersilaturahmi dengan penduduk setempat, Ben mencoba untuk mengajar dengan kondisi sekolah yang seadanya. Semangat pemuda inspiratif ini sedikitpun tidak luntur untuk berbagi ilmu dan wawasan kepada siswa yang tidak kalah semangatnya dengan Ben untuk menerima pelajaran. Motivasi dan semangat selalu di berikan kepada setiap siswa yang antusias mengikuti setiap materi yang Ben berikan.
Salah satu siswa SDN 05 Suruh Tembawang

Benjamin Firdaus dengan Murid - Murid SDN 05 Suruh Tembawang
Kondisi Kelas SDN 05 Suruh Tembawang


Suasana Belajar Mengajar di Kelas SDN 05 Suruh Tembawang
Tiga hari dua malam Ben lalui dengan sebuah harapan baru. Tawa dan kegembiraan anak – anak di lingkungan sekolah menjadi obat penat dan lelah tersendiri bagi Ben. Tidak ada hal yang membuatnya bahagia ketika kita bisa bermanfaat bagi orang lain, mungkin pesan inilah yang ingin disampaikan Ben kepada pemuda – pemuda dan pemerintah untuk terus melakukan kontribusi terhadap pembangunan melalui pendidikan. Semoga tulisan sederhana ini, bisa menyadarkan kita terutama pemerintah untuk terus memperhatikan pendidikan dari setiap sektor dan aspek demi kemajuan Indonesia secara nyata. Salam perubahan pendidikan!



Comments

Popular Posts