Kemdikbud: Peran Kepala Sekolah Sangat Penting Dalam Menangkal Paham Radikalisme di Lingkungan Sekolah
Keberagaman di Nusantara |
Gameseducationary – Penyebaran paham radikalisme sudah sangat memprihatinkan akhir – akhir ini, terutama penyebaran di objek vital yang seharusnya berfungsi untuk menanamkan paham kenegarawanan dan kebhinekaan di tiap – tiap institusi pendidikan. Baru – baru ini kita mendengar beberapa dari sekian banyak kasus intoleransi di sekolah, mulai dari penyebutan kata “kafir” oleh teman sekelasnya yang berbeda keyakinan hingga penolakan ketua Osis yang memiliki entitas minoritas. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat sekolah merupakan wadah untuk memperkenalkan ilmu kepada setiap siswa yang merupakan potensi primer dalam membentuk sumber daya manusia untuk kepentingan kemajuan negara.
Menanggapi hal tersebut
Kementerian pendidikan dan kebudayaan bersuara, melalui Hamid Muhammad selaku Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
mengatakan tumbuhnya paham intoleran yang melahirkan radikalisme di sekolah
harus bisa diatasi oleh kepala sekolah sebagai pihak yang paling bertanggung
jawab.
Pemerintah pusat hanya
berperan dalam tindakannya sebagai regulator, wewenang sepenuhnya milik
sekolah.
Masalah intoleransi bukan
semata-mata tanggungjawab guru agama, itu masalah kepala sekolah sepenuhnya.
Kalau kepala sekolah bisa bertanggungjawab dengan baik, nggak bakalan ada
masalah seperti itu," Jelasnya
Secara garis besar,
kemdikbud berpesan kepada kepala sekolah di tiap – tiap sekolah untuk bisa
berperan aktif dalam menangkal gerakan radikalisme di Indonesia melalui sektor
pendidikan. Penanaman dan keteladanan dalam menjalankan keseharian berdasarkan ideologi
dasar Pancasila yang bisa dilakukan melalui kepala sekolah dan jajarannya serta
diterapkan oleh setiap siswa, kecil kemungkinan paham radikalisme bisa menyebar
lebih jauh.
Sebagai bentuk dukungan
dalam upaya mencegah radikalisme di lingkungan sekolah, Direktur Eksekutif
Maarif Institute Muhammad Abdullah Darraz bersama dengan cameo project mengadakan
seminar dalam bentuk lokakarya pada siswa SMK/SMA/MA di lima kota besar yakni
Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang untuk membuat video pendek
yang berisi nilai keragaman dan toleransi.
Tujuan dan esensi dari loka
karya ini adalah guna mendoktrin generasi muda agar tidak melupakan nilai
keberagaman dan toleransi. Menurutnya, sekolah menengah pertama merupakan
tingkat satuan pendidikan yang tepat karena mereka telah dapat memanfaatkan
kemajuan teknologi.
Menurut Darras, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Maarif Institute, sekolah merupakan target utama
kelompok radikal untuk melakukan radikalisasi. Maka sekolah harus menanamkan
kesadaran tentang keragaman. Maka dari itu, siswa harus diajarkan akan realitas
keragamanan, dengan cara dipertemukan dengan orang-orang yang berbeda.
Darras menyebutkan, target
siswa yang terlibat dari lima kota tersebut sebanyak 2.250 orang. Masing-masing
kota ditargetkan 250 orang siswa. Hal ini merupakan misi Maarif Institute dalam
membentengi paham radikalisme di kalangan siswa yang telah dilakukan sejak
2011.
Semoga dari apa yang telah
di paparkan pada artikel ini, sedikit banyak bisa memberikan nilai dan
pemahaman positif dalam mencegah upaya radikalisasi di tengah – tengah aktivitas
pendidikan di Indonesia, sehingga peningkatan kualitas SDM di Indonesia bisa
terus di realisasikan demi menuju Indonesia yang maju dan berdaya saing
ditengah persaingan global. Salam perubahan pendidikan!
Sumber: Beritasatu
Comments
Post a Comment